MAKASSAR, ERAINSPARASI — Angin perubahan kembali bertiup di lingkungan Pemerintah Kota Makassar. Wali Kota Munafri Arifuddin tampaknya tidak ingin birokrasi kota ini berjalan di tempat. Ia mulai menggerakkan “gerbong besar” bernama reformasi birokrasi. Bukan sekadar wacana, tetapi nyata hadir lewat pelantikan demi pelantikan yang telah dilakukan dua pekan terakhir.
Dimulai Senin, 16 Juni 2025, sebanyak 46 pejabat dari berbagai jenjang—eselon II, III, hingga IV—menerima amanah baru. Seminggu berselang, 24 pejabat administrator (eselon III) kembali diputar dalam konfigurasi baru. Sebuah isyarat kuat bahwa mesin birokrasi Makassar tengah direstart dari dalam.
Namun, Munafri belum ingin berhenti. Ia menyebutkan bahwa masih banyak posisi yang menanti untuk diisi, dari kursi camat, sekretaris camat, hingga para lurah. “Belum selesai. Masih banyak potensi yang perlu digerakkan. Ini akan sangat dinamis,” ungkap Munafri saat ditemui di Balai Kota, Senin (23/6/2025).
Dua camat telah lebih dulu mengisi bangku kekosongan: Andi Husni di Ujung Pandang dan Maharuddin di Kecamatan Wajo. Sementara itu, 13 kecamatan lainnya masih menanti siapa yang akan memegang tongkat komando. Di sinilah Munafri ingin menunjukkan arah barunya—mendorong ASN keluar dari zona nyaman dan menempatkan mereka dalam posisi yang menantang sekaligus strategis.
“Kalau kita hanya diam di satu tempat terlalu lama, kita akan terjebak dalam kenyamanan semu. Ini saatnya bergerak, mengukur kemampuan diri, dan menjawab tantangan baru,” ucap Munafri, menegaskan filosofi di balik mutasi ini.
Menurutnya, rotasi bukan soal ketidaksukaan atau favoritisme. Tapi murni bagian dari desain besar untuk mempercepat pelayanan publik dan menyegarkan semangat kerja aparatur sipil negara. Ia mengingatkan bahwa tugas utama pejabat bukanlah menikmati jabatan, tetapi mengabdi dan menyelesaikan masalah masyarakat.
“Mutasi itu biasa, sangat manusiawi dalam pemerintahan. Tapi harus diingat, siapa pun yang dipercaya harus mengedepankan fungsi pelayanan. Jangan ada ego sektoral, karena itu justru menghambat kerja-kerja besar kita,” pesannya.
Kini, publik tinggal menunggu babak selanjutnya dari agenda penataan ini. Akankah wajah-wajah baru di kecamatan dan kelurahan mampu menjawab tantangan yang telah dibentangkan oleh sang wali kota?
Yang jelas, dalam era Munafri-Aliyah ini, satu hal pasti: stagnasi tak lagi punya tempat.