Site icon EraInspirasi

Gubernur Andi Sudirman: Kemerdekaan Jadi Momentum Percepatan Pembangunan Sulsel

MAKASSAR, ERAINSPARASI — Gubernur Sulawesi Selatan, Andi Sudirman Sulaiman, menegaskan bahwa peringatan Hari Kemerdekaan ke-80 tahun ini bukan sekadar seremoni, melainkan menjadi momentum penting untuk menggerakkan roda pembangunan daerah.

Dalam refleksinya, ia menyoroti capaian nasional di bawah kepemimpinan Presiden RI, Prabowo Subianto, khususnya melalui program Asta Cita yang disebutnya mulai menunjukkan tren positif. Salah satunya adalah kemandirian pangan.

“Saat ini stok beras Sulsel mencapai 500 ribu ton, tertinggi sepanjang sejarah. Jumlah ini cukup untuk kebutuhan enam bulan, bahkan jika terjadi keadaan darurat sekalipun,” ungkap Andi Sudirman di Rumah Jabatan Gubernur, Minggu (17/08).

Gubernur juga menyinggung rangkaian inisiatif pembangunan yang digagas Pemprov Sulsel dalam memperingati kemerdekaan, mulai dari peluncuran pesawat amfibi (seaplane) hingga program transportasi massal Trans Sulsel.

“Seaplane ini nantinya bisa menjadi sarana transportasi untuk pariwisata maupun keadaan darurat. Sementara Trans Sulsel sudah mulai beroperasi dengan dua koridor dan 27 armada. Ke depan akan kita tambah dengan koridor baru,” jelasnya.

Tidak berhenti di situ, Pemprov Sulsel juga meluncurkan program penanganan stunting yang menyasar 15.120 anak. Setiap anak akan menerima insentif sebesar Rp1 juta, disertai pendampingan gizi dan Pemberian Makanan Tambahan (PMT).

“Selain insentif, kami menurunkan tenaga kesehatan melalui program PKB atau Pelayanan Kesehatan Bergerak. Dokter spesialis dikirim langsung ke pulau-pulau. Sambutan masyarakat luar biasa, bahkan sampai seratus pasien per hari. Itu membuktikan mereka sangat merindukan layanan spesialis,” paparnya.

Andi Sudirman turut menyinggung kebijakan subsidi ATR (Agunan Tanah Rakyat) yang dinilai penting untuk membuka akses masyarakat. Menurutnya, tanpa subsidi pemerintah, program tersebut sulit terwujud.

Ia menegaskan, makna kemerdekaan tahun ini harus diterjemahkan sebagai dorongan untuk memperbaiki kondisi yang masih lemah, sekaligus mempertahankan capaian yang sudah baik.
“Momentum kemerdekaan adalah pengingat bagi kita semua, bahwa perjuangan hari ini bukan lagi di medan perang, melainkan bagaimana membalikkan kondisi ekonomi, memperkuat kesejahteraan, dan memastikan pembangunan berjalan merata,” tutupnya.

Exit mobile version