ERAINSPIRASICOM, SULSEL– Hari Raya Idul kurban terhitung sepekan lagi, puncak perayaan yang ditandai dengan penyembelihan hewan sebentar lagi akan dilaksanakan oleh umat muslim di seluruh dunia.
Hanya saja, kasus jembrana saat ini juga menjadi pertanyaan masyarakat, pasalnya kasus virus jembrana itu sebelumnya sempat merebak di 19 daerah di Sulsel.
Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan, Nurlina saking mengatakan saat ini pihaknya telah melakukan imbauan kepada masyrakat untuk sesegra membuat keterangan sehat untuk hewan yang bakal didistribusi sampai pada hari puncak pelaksanaan Hari Raya kurban.
“Jadi sebelum melakukan penjualan dan distribusi hewan seperti sapi itu di anjurkan untuk menagmbil surat keterangan dari dinas terkait dimasing-masing wilayah para peternak,” sebut Herlina, Selasa (20/6/2023).
Adapaun untuk persebarannya dalam waktu dekat ini, Nurlina Saking menyebut itu sudah tidak terjadi peningkatan.
“Kalau yang dilaporkan melalui aplikasi itu hanya 919 ekor karena peternak itu tidak lagi melaporkan sebagai kasus, yang terlaporkan ini yang mati kemudian tim balai besar Veteriner Maros itu menguji kelapangan untuk memberi keabsahan bahwa ini (sapi) memang benar positif ternjangkit virus,” jelasnya.
“Kemudian ternak-ternak yang memiliki gejala Jembrana pada lokasi yang sudah tertular itu segera dipotong dan peternak tidak melaporkan lagi sebagai kasus, jadi sebenarnya ada ribuan kasus pada saat Jembrana memuncak. Sekarang sudah flat,” ulas NUrlina Saking.
Ia menuturkan, hal itu juga didukung dengan pemeberian vaksin yang terus dilakukan oleh pihaknya akhir-akhir ini.
“Vaksin kita ada vaksin diawal itu 30 ribu kemarin kita dapat tambahan lagi juga ada 20 ribuan dan kami menunggu penetapan kedaruratan provinsi Sulsel sehingga kita bisa mendapatkan anggaran dana darurat untuk menyediakan vaksin,” paparnya.
Kendati demikian, Nrlina mengatakan ada saja para petani yang enggan untuk melakukan vaksin terhadap hewan ternaknya dengan asumsi yang terbagun setelah diberikan vaksin akan mati (hewan ternak).
“Katanya kalau sudah disuntik ternak mati padahal mati bukan Kareena suntnikannya tapi ternak itu memang sudah ada virus didalamnya sehingga ketika kita vaksin bertemulah penyakit dengan vaksin itu, sebab daya tubuh sapi terkena Jembrana itu menurun karena menyerang limpah jadi dia limpahhnya itu membesar sehingga daya tubuhnya boleh mendekati ke titik nol,” bebernya.
Ia berharap, seleuruh elemen mampu memberikan mampu memberikan pemahaman kepada masyrakat kepada para peternak agar tidak melakukan penolakan ketika hewan ternaknya akan di vaksin.
Nurlina mengutarakan, jembaran sendiri hanya lebih agresif menyerang pada sapi bali secara umum.
“Kasus Jembrana ada 19 Kabupaten/kota. Jembrana ini hanya menyerang pada sapi Bali secara general tingkat infeksinya, namun kemungkinan sapi (terinfeksi) dibawa kepanmpungan itu kecil sekali, karena pasti akan terdeteksi dari awal oleh peternak sendiri sebelum petugas kesehatan hewan datang ke penampungan,” pungkasnya.