PKB Makassar Rayakan 27 Tahun dengan Komitmen Merawat Pluralisme dan Memperkuat Kaderisasi

MAKASSAR, ERAINSPARASICOM – Memasuki usia ke-27, Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Kota Makassar tidak sekadar merayakan hari jadi, melainkan menjadikannya momentum strategis untuk mempertegas komitmen politik kebangsaan, memperkuat kaderisasi, dan merawat nilai-nilai pluralisme di tengah masyarakat majemuk.

Sekretaris DPC PKB Makassar, Andi Makmur Burhanuddin yang akrab disapa Noval, menegaskan bahwa ulang tahun ini menjadi ruang refleksi sekaligus pengingat terhadap misi utama partai yang berpijak pada nilai-nilai kenegaraan, keumatan, dan keberpihakan pada rakyat kecil.

“PKB lahir dari rahim tradisi Nahdlatul Ulama, namun sejak awal kami menegaskan diri sebagai partai kebangsaan. Bukan milik satu kelompok, tapi menjadi rumah besar bagi semua golongan,” tegas Noval, Sabtu (20/7).

Ia menilai Kota Makassar sebagai kota besar yang multietnis dan multikultural, memiliki tantangan dan sekaligus peluang besar dalam mewujudkan politik kebangsaan yang inklusif.

“Makassar ini miniatur Indonesia. Semua suku, agama, dan latar hidup berdampingan. Di sinilah visi PKB diuji — apakah benar partai ini hadir untuk menjaga harmoni dan memperjuangkan keadilan sosial,” ujar Noval yang juga Anggota DPRD Kota Makassar.

Sementara itu, Ketua DPC PKB Makassar sekaligus Wakil Ketua DPRD Sulsel, Fauzi Andi Wawo atau BeU, menyoroti pentingnya memperkuat orientasi keumatan yang progresif dan membumi.

“Keumatan versi PKB bukan eksklusif. Ini tentang keberpihakan kepada mereka yang terpinggirkan — buruh, nelayan, pedagang kecil, pekerja informal. Mereka yang hidup di lorong-lorong kota, merekalah wajah utama dari perjuangan politik kita,” tegas BeU.

Lebih lanjut, Fauzi menekankan bahwa kekuatan partai tidak hanya diukur dari jumlah kursi atau hasil pemilu, tetapi dari sejauh mana proses kaderisasi berjalan secara sehat dan berkelanjutan.

“Kaderisasi bukan sekadar menyiapkan caleg, tapi membentuk pribadi-pribadi yang peka terhadap problem rakyat. Yang tahu denyut nadi masyarakat, yang bekerja dengan nurani dan integritas,” jelasnya.

Menurutnya, usia 27 tahun harus dijadikan titik tolak konsolidasi partai agar semakin relevan dengan kebutuhan masyarakat, khususnya generasi muda yang menjadi harapan perubahan.

“Kita tidak boleh hanya hadir saat pemilu. PKB harus konsisten bersama rakyat — di lorong, pasar tradisional, kampung nelayan, dan ruang-ruang tempat harapan tumbuh,” tandasnya.

Dalam semangat perayaan ini, DPC PKB Makassar merancang sejumlah program konsolidasi organisasi dan penguatan kapasitas kader, dengan pendekatan lintas budaya dan lintas iman, sejalan dengan karakter plural Kota Makassar.

Noval menegaskan, refleksi hari jadi ini bukan soal angka usia, tapi sejauh mana partai ini mewujudkan cita-cita pendiriannya.

“PKB bukan hanya soal politik elektoral. Ini soal merawat Indonesia. Soal keberanian berpihak pada yang lemah, dan kerja nyata yang bisa dirasakan masyarakat. Dan itu dimulai dari kader-kader yang siap turun, bukan sekadar hadir di ruang rapat,” pungkasnya.